Friday, March 2, 2007

Menyayangi Anggota Keluarga

Tausiyah

Suatu hari Rasulullah SAW mencium anak kecil. Seorang Badui terheran-heran melihat kasih sayang yang beliau ditunjukkan itu. "Saya memiliki banyak anak, tapi tidak pernah mencium mereka," ujarnya. Lalu Rasul berkata, "Tidaklah ada kasih sayang pada diri seseorang selain memperindah pribadinya." Sesungguhnya, kasih sayang itu harus hadir dari hati, tidak bisa direkayasa. Sebab, hati hanya bisa disentuh dengan hati lagi. Rasul SAW pernah bersabda, "Sayangilah yang ada di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu."

Mulailah dengan menyayangi orang di lingkungan terdekat, yaitu orangtua bagaimana pun adanya mereka. Tidak ada orangtua yang sempurna dan ideal. Kita harus menjadi garda depan yang menjadi jalan bagi mereka untuk lebih dekat kepada Allah, agar kuat iman, semakin taat, bisa bertobat, terhindar dari maksiat dan bisa menebar manfaat (rumus 5 at). Kekurangan dan kesalahan orangtua adalah ladang amal bagi kita untuk bisa memaafkan sebelum meminta maaf, serta berjuang memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka dengan cara paling bijak.

Selanjutnya adalah keluarga, anak-anak dan istri kita. Sayang kepada keluarga tidak identik dengan memberi harta dan fasilitas melimpah. Kasih sayang terpenting bagi keluarga adalah membuat seisi rumah semakin dekat kepada Allah. Sehebat apa pun yang kita berikan, kalau tidak kuat iman, mereka tidak akan sanggup mengarungi hidup dengan lebih baik.

Tidak salah kita memberikan segala kemudahan dan fasilitas duniawi. Tapi kalau tidak dibarengi dengan kesungguhan anak mengenal Allah, maka fasilitas bisa menjadi jalan maksiat, menjadi sombong dan kufur nikmat. Bahkan menjadi jalan kesengsaraan bagi orangtua. Maka didiklah anak untuk mengenal Allah, mentaati dan menjauhi larangan-Nya.

Kita bisa meneladani Luqman yang menyiapkan anaknya. Beliau mengajarkan lima hal dasar dalam Islam. Peristiwa ini direkam dalam Al-Quran QS Luqman [31] ayat 13-19. Kelima hal tersebut, pertama, akidah yang lurus. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS Luqman [31]:13). Larangan ini sekaligus mengajarkan akan wujud dan keesaan Allah atau akidah.

Kedua, etika yang baik, diawali kepada orangtua. Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (QS Luqman [31]:14). Beretika baik harus dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.

Ketiga, ibadah secara istikamah. "Hai anakku, dirikanlah shalat (secara berkesinambungan dan sempurna)" (QS Luqman [31]: 17). Shalat adalah ibadah paling utama. Bahkan menjadi pembeda antara Muslim dengan kafir. Shalat melatih seorang hamba merasakan kehadiran Allah SWT. Perintah shalat ini juga berarti perintah melakukan ibadah-ibadah lain.

Keempat, dakwah. Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (QS Luqman [31]:17).

Kelima, akhlak baik. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (QS Luqman [31]: 18-19). Akhlak baik adalah modal utama untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Modal ini sangat diperlukan untuk menjalani profesi sebagai entertaine

Setelah diajarkan, orangtua harus memastikan kelima hal tersebut tertanam dalam jiwa anak. Setelah itu dampingi anak, jadilah teman curhat dan guru pembimbing.Saudaraku, mendidik anak tidak boleh sisa waktu, sisa tenaga dan sisa perhatian. Seyogyanya, orangtua berbagi tugas untuk mengantarkan anak-anaknya lebih baik dibanding dirinya.

( KH Abdullah Gymnastiar )

diambil dari sini

No comments: